Flight Through Fire
100x75 cm tebal 5 cm berat kurleb 10 kg dengan frame, Akrilik pada kanvas
Lukisan ini menggambarkan nasib tragis burung beo yang megah, terbang tinggi di atas hutan yang terbakar. Bukan sekadar karya visual, tetapi sebuah refleksi dari kenyataan pahit—di mana habitat alami perlahan menghilang, dilahap oleh ulah manusia yang tak bertanggung jawab.
Burung beo, dengan bulu-bulu cerahnya yang melambangkan kehidupan dan semangat, kini melayang di langit berasap, mencari sisa-sisa hutan yang belum tersentuh api. Namun, di setiap kepakan sayapnya, tersimpan kesadaran bahwa ruang hidupnya kian sempit dan harapan semakin menipis.
Melalui teknik dan warna yang dipilih dengan penuh pertimbangan, karya ini menangkap perjuangan terakhir sang burung dalam pencarian akan keselamatan. Setiap sapuan kuas menjadi saksi bisu atas kerusakan yang terus terjadi; setiap warna menjadi narasi tentang kehilangan yang tak tergantikan.
Karya ini adalah seruan untuk bertindak—sebuah panggilan agar kita sadar akan konsekuensi dari setiap tindakan terhadap bumi yang kita pijak. Ia mengajak kita merenung: akankah kita terus menjadi penonton atas punahnya keindahan alam, atau mulai bergerak untuk perubahan? Lukisan ini bukan hanya sebuah ekspresi artistik, tetapi manifesto—a call to action—untuk masa depan yang lebih baik.
Flight Through Fire

100x75 cm tebal 5 cm berat kurleb 10 kg dengan frame, Akrilik pada kanvas
Lukisan ini menggambarkan nasib tragis burung beo yang megah, terbang tinggi di atas hutan yang terbakar. Bukan sekadar karya visual, tetapi sebuah refleksi dari kenyataan pahit—di mana habitat alami perlahan menghilang, dilahap oleh ulah manusia yang tak bertanggung jawab.
Burung beo, dengan bulu-bulu cerahnya yang melambangkan kehidupan dan semangat, kini melayang di langit berasap, mencari sisa-sisa hutan yang belum tersentuh api. Namun, di setiap kepakan sayapnya, tersimpan kesadaran bahwa ruang hidupnya kian sempit dan harapan semakin menipis.
Melalui teknik dan warna yang dipilih dengan penuh pertimbangan, karya ini menangkap perjuangan terakhir sang burung dalam pencarian akan keselamatan. Setiap sapuan kuas menjadi saksi bisu atas kerusakan yang terus terjadi; setiap warna menjadi narasi tentang kehilangan yang tak tergantikan.
Karya ini adalah seruan untuk bertindak—sebuah panggilan agar kita sadar akan konsekuensi dari setiap tindakan terhadap bumi yang kita pijak. Ia mengajak kita merenung: akankah kita terus menjadi penonton atas punahnya keindahan alam, atau mulai bergerak untuk perubahan? Lukisan ini bukan hanya sebuah ekspresi artistik, tetapi manifesto—a call to action—untuk masa depan yang lebih baik.