May 28, 2025

100 Juta + Terkumpul Dari Lelang Karya TFIOC

May 28, 2025

100 Juta + Terkumpul Dari Lelang Karya TFIOC

Selasa malam, 22 April 2025, Auditorium H. M. Rasjidi, Kementerian Agama RI, berubah menjadi ruang hangat tempat cita rasa Nusantara bertemu panggilan merawat bumi pertiwi Indonesia. Para tamu undangan mulai dari pegiat wakaf, pelaku seni, korporasi, hingga pegawai pemerintahan berdatangan selepas maghrib. Di sudut panggung, sebuah band mengalunkan lagu-lagu Indonesia dan internasional; suasana hangat dan akrab membuka rangkaian acara yang terjadwal rapi: sambutan tokoh, pemutaran video “Wakaf Hutan”, penandatanganan komitmen nazhir, serta peluncuran fitur donasi di platform Satu Wakaf Indonesia.

Setelah rangkaian tersebut, pembawa acara langsung mengalihkan sorot ke sesi lelang. Lot 1 segera menggugah antusiasme: “Julang Sulawesi dan Karpet Merah untuk Nilam” karya Aad Mandar. Palu belum diketuk, para peserta sudah mengangkat bid card. Dalam hitungan ketiga, lukisan yang menyingkap kecemasan atas penebangan di Sulawesi Barat itu terjual Rp20.000.000 juta sekaligus membuka rangkaian lelang dengan tepuk tangan meriah.

Puncak keseruan terjadi pada lot “Harmoni dalam Kehidupan—Pohon sebagai Rumah bagi Burung” karya Dhe Wira. Harga pembuka Rp5 juta langsung terlampaui oleh bid beruntun. Riuh dukungan—setengah canda, setengah serius—menciptakan suasana bak pertandingan final bulu tangkis. Setelah beberapa kali kenaikan, palu jatuh di angka Rp8.000.000.- juta yang disambut sorak lega.

Secara keseluruhan, sembilan karya dari sembilan seniman—mulai ilustrasi mitologis Lala Bohang, foto udara “Sungai Mamberamo” karya Arimacs Wilander, hingga instalasi reflektif Ervan tentang simbiosis manusia dan alam—menghimpun Rp101.500.000. Dana tersebut akan dialirkan untuk mendanai proyek-proyek penting seperti wakaf hutan, pemasangan panel surya di masjid-masjid perkotaan, serta pendampingan komunitas berbasis keberlanjutan.

Dalam pidatonya, Menteri Agama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A., yang memenangi lukisan Aad Mandar, menegaskan bahwa menanam pohon adalah amal jariyah: tidak hanya memberi manfaat ekologis, tetapi juga membawa nilai spiritual yang tinggi dalam Islam. Wakaf hijau, imbuhnya, menjembatani teks agama dengan aksi nyata menghalau krisis iklim.

Musik penutup mengalun dan palu lelang boleh berhenti terdengar, tetapi gema kolaborasi malam itu tampak nyata akan terus bergema. Gala dinner dan lelang bertajuk “Ekoteologi dalam Aksi: Gerakan Green Waqf untuk Pelestarian Hutan Berkelanjutan” membuktikan bahwa sendok, musik, dan palu lelang bisa berpadu mencipta irama perubahan. Dari meja prasmanan hingga batang pohon muda yang kelak ditanam, rangkaian malam itu mengingatkan kita bahwa merawat bumi tidak harus bermula dari angka emisi; cukup dengan hati yang terkoneksi, lalu tangan yang bergerak bersama.

Video lengkap acara lelang ini bisa dilihat di sini: