
2017
35cm x 8cm
Pencil on Fabriano paper
Theme: Merayakan Keanekaragaman Hayati & Hutan Indonesia
Dalam Melancholia, Rio Krisma menggali kedalaman kesedihan dan kerinduan melalui gambar yang pedih dan menggugah. Sebuah pohon kuno yang kering berdiri kokoh di jantung komposisi, cabang-cabangnya yang telanjang tidak memiliki kehidupan, namun tidak menyerah—sebuah simbol keberadaan yang dilucuti vitalitasnya, namun bertahan melalui berlalunya waktu yang tenang. Tersembunyi di dalam lubang kecil di batangnya adalah hati, lembut dan rentan, dilindungi dalam kerasnya pohon—refleksi emosi yang tersembunyi dalam kesendirian melankolis yang dalam.
Mengelilingi pohon, kupu-kupu yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam penerbangan yang dinamis, mewujudkan keseimbangan halus antara kehidupan dan perubahan. Kupu-kupu ini bukan hanya simbol keindahan tetapi juga transformasi dan fluks—pengingat bahwa bahkan dalam keheningan, gerakan, dan metamorfosis tidak dapat dihindari. Di antara mereka, tengkorak berbentuk tulang belakang diam-diam beristirahat, terselip di tengah sayap yang berkibar, berbicara tentang keterbatasan tubuh yang tak terelakkan dan kehadiran kematian, selalu bersembunyi di tepi kehidupan.
Karya ini dengan indahnya menampilkan kontras antara kehidupan dan kematian, kekuatan dan kerapuhan. Pohon kering, yang tampaknya tidak memiliki kehidupan, menyimpan rahasia terdalam di dalamnya—di bawah eksteriornya yang mengeras, jantung berdetak dengan potensi untuk pembaruan. Itu menunjukkan bahwa bahkan ketika dunia luar tampak tandus dan kosong, masih ada ruang untuk perasaan, untuk kehidupan yang, meskipun rapuh, memiliki makna yang mendalam.
Kupu-kupu yang mengelilingi hati dan tengkorak adalah pengingat pedih bahwa di setiap akhir, ada awal, dan di setiap transformasi, ada kesempatan untuk menemukan kembali makna. Melankolia adalah elegi untuk kehilangan dan pencarian pemahaman, mendesak kita untuk merangkul kedalaman kesedihan untuk menemukan esensi kehidupan yang sebenarnya. Krisma mengajarkan kita bahwa bahkan di dunia yang ditandai dengan kesulitan dan kekosongan, masih ada tempat tersembunyi untuk harapan dan keindahan—menunggu dengan sabar untuk ditemukan.
2017
35cm x 8cm
Pencil on Fabriano paper
Theme: Merayakan Keanekaragaman Hayati & Hutan Indonesia
Dalam Melancholia, Rio Krisma menggali kedalaman kesedihan dan kerinduan melalui gambar yang pedih dan menggugah. Sebuah pohon kuno yang kering berdiri kokoh di jantung komposisi, cabang-cabangnya yang telanjang tidak memiliki kehidupan, namun tidak menyerah—sebuah simbol keberadaan yang dilucuti vitalitasnya, namun bertahan melalui berlalunya waktu yang tenang. Tersembunyi di dalam lubang kecil di batangnya adalah hati, lembut dan rentan, dilindungi dalam kerasnya pohon—refleksi emosi yang tersembunyi dalam kesendirian melankolis yang dalam.
Mengelilingi pohon, kupu-kupu yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam penerbangan yang dinamis, mewujudkan keseimbangan halus antara kehidupan dan perubahan. Kupu-kupu ini bukan hanya simbol keindahan tetapi juga transformasi dan fluks—pengingat bahwa bahkan dalam keheningan, gerakan, dan metamorfosis tidak dapat dihindari. Di antara mereka, tengkorak berbentuk tulang belakang diam-diam beristirahat, terselip di tengah sayap yang berkibar, berbicara tentang keterbatasan tubuh yang tak terelakkan dan kehadiran kematian, selalu bersembunyi di tepi kehidupan.
Karya ini dengan indahnya menampilkan kontras antara kehidupan dan kematian, kekuatan dan kerapuhan. Pohon kering, yang tampaknya tidak memiliki kehidupan, menyimpan rahasia terdalam di dalamnya—di bawah eksteriornya yang mengeras, jantung berdetak dengan potensi untuk pembaruan. Itu menunjukkan bahwa bahkan ketika dunia luar tampak tandus dan kosong, masih ada ruang untuk perasaan, untuk kehidupan yang, meskipun rapuh, memiliki makna yang mendalam.
Kupu-kupu yang mengelilingi hati dan tengkorak adalah pengingat pedih bahwa di setiap akhir, ada awal, dan di setiap transformasi, ada kesempatan untuk menemukan kembali makna. Melankolia adalah elegi untuk kehilangan dan pencarian pemahaman, mendesak kita untuk merangkul kedalaman kesedihan untuk menemukan esensi kehidupan yang sebenarnya. Krisma mengajarkan kita bahwa bahkan di dunia yang ditandai dengan kesulitan dan kekosongan, masih ada tempat tersembunyi untuk harapan dan keindahan—menunggu dengan sabar untuk ditemukan.