Karya ini merupakan bentuk kritik tajam terhadap krisis lingkungan, khususnya deforestasi yang kian marak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. “Tanah Keramat Telah Kiamat” merepresentasikan perubahan drastis dari sebuah ruang suci—hutan yang dahulu dianggap keramat, penuh kehidupan, dan menjadi tempat tinggal berbagai flora dan fauna—menjadi lanskap muram yang dipenuhi bara dan asap.
“Tanah Keramat Telah Kiamat” adalah seruan yang lantang agar kita menjaga sisa-sisa kehidupan yang masih ada. Sebuah panggilan untuk tidak lagi memandang alam hanya sebagai sumber daya, tetapi sebagai bagian dari kehidupan itu sendiri—yang layak untuk dihormati dan dilestarikan.
Karya ini merupakan bentuk kritik tajam terhadap krisis lingkungan, khususnya deforestasi yang kian marak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. “Tanah Keramat Telah Kiamat” merepresentasikan perubahan drastis dari sebuah ruang suci—hutan yang dahulu dianggap keramat, penuh kehidupan, dan menjadi tempat tinggal berbagai flora dan fauna—menjadi lanskap muram yang dipenuhi bara dan asap.
“Tanah Keramat Telah Kiamat” adalah seruan yang lantang agar kita menjaga sisa-sisa kehidupan yang masih ada. Sebuah panggilan untuk tidak lagi memandang alam hanya sebagai sumber daya, tetapi sebagai bagian dari kehidupan itu sendiri—yang layak untuk dihormati dan dilestarikan.